Hutan merupakan sumber kehidupan. Selain menjaga keseimbangan alam, hutan juga merupakan penunjang kehidupan, bukan hanya untuk manusia namun juga bagi hewan dan tumbuhan yang hidup di sana. Nyatanya, menurut World Resources Institute’s Forests and Landscapes in Indonesia pada 2016, sekitar 50 hingga 60 juta orang Indonesia menggantungkan hidupnya dari hasil hutan.
Tak aneh, angka kerusakan hutan
begitu besar. Banyak pihak yang hanya sekadar mengeksploitasinya. Jika diminta
untuk menunjukkan siapa saja pihak yang bertanggungjawab merawat hutan, tidak banyak yang
melakukannya.
Sejumlah perusahaan di bawah
payung grup Royal Golden Eagle merupakan salah satu pihak yang serius menjaga kelestarian hutan. Korporasi berskala internasional yang didirikan oleh salah
satu pengusaha sukses Indonesia, Sukanto Tanoto, memandang kelestarian alam
sebagai hal vital.
Wujud nyata yang dilakukan
ialah pelaksanaan program konservasi lahan hutan gambut yang ada di kawasan
Semenanjung Kampar. Perusahaan Sukanto Tanoto menamainya sebagai program Restorasi Ekosistem Riau (RER).
Bekerjasama dengan Fauna &
Flora International, Bidara, dan The Nature Conservacy, program RER telah
dimulai pada tahun 2013. Di sana, lahan seluas 150 hektare yang sudah mengalami
degradasi dan kerusakan ditata lagi. Caranya, ialah dengan melakukan penanaman
bibit pepohonan di sana.
Selain itu, kegiatan RER fokus dengan merestorasi dan menjaga
kelembaban gambut. Drainase yang tidak
terkelola menyebabkan gambut menjadi kering, rawan terbakar, dan bila terjadi
kebakaran akan menyebabkan bencana kabut asap dan emisi gas rumah kaca. Untuk merestorasi dan menjaga
kelembaban gambut,
kelompok Perlindungan Hutan dan Manajemen Air memasang ratusan karung berisi
pasir dan batu yang dibungkus dengan bahan georeinfox di Kanal Buaya, sungai
Serkap.
Seluruh upaya merawat hutan di
Semenanjung Kampar yang dilakukan oleh perusahaan
Sukanto Tanoto itu bertujuan untuk mengembalikan fungsi hutan seperti
aslinya.
Masyarakat di sana juga diajak
untuk merawat hutan dengan memberi keterampilan agar warga yang tinggal di
sekitar hutan mampu memiliki sumber penghasilan anyar. Hal tersebut dilakukan
supaya ekploitasi hutan tidak terlalu besar. Pengelolaan hutan tidak
akan bisa berjalan baik tanpa partisipasi masyarakat.
Semua kegiatan itu membutuhkan
biaya tidak sedikit. Perusahaan Sukanto Tanoto mesti menyiapkan dana sekitar
100 juta dollar Amerika Serikat. Dana itu bakal dikeluarkan selama sepuluh
tahun sejak 2015 untuk menggulirkan program RER.
Perlahan tapi pasti kondisi
hutan di Semenanjung Kampar mulai membaik. Hal tersebut ditandai dengan tingkat
kebakaran hutan yang semakin minim dan kekayaan fauna kembali terlihat. Melalui
kamera perekam yang dipasang oleh tim RER, terpotret beberapa jenis satwa
langka seperti macan tutul dan beruang madu di sana. Kondisi tersebut merupakan
bukti bahwa upaya merawat hutan yang dilakukan perusahaan Sukanto Tanoto di
Semenanjung Kampar tidak sia-sia dan memberikan manfaat kepada iklim.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar